Ternak Mamalia

Budidaya Sapi Perah dan Panduan Lengkapnya

Budidaya Sapi Perah

Sapi merupakan sumber daging, susu, tenaga kerja serta kebutuhan lainnya. Oleh karena itu ternak hewan yang satu ini menjadi sangat penting. Nah, salah satu yang akan kami bahas di sini yaitu ternak atau budidaya sapi perah.

Budidaya Sapi Perah

Hewan Sapi

Sebagai informasi sapi menghasilkan sekitar :

  • 50 persen kebutuhan daging di dunia,
  • 95 persen kebutuhan susu, dan
  • 85 persen kebutuhan kulit.

Sapi berasal dari famili Bovidae, sama seperti halnya

  • bison,
  • banteng,
  • kerbau (Bubalus),
  • kerbau Afrika (Syncherus), dan
  • anoa.

Ternak Sapi Perah

Berikut beberapa hal terkait peternakan atau budidaya sapi perah :

Sejarah Singkat Ternak Sapi Perah

Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Diperkirakan hewan sapi berasal dari Asia Tengah. Lalu hewan ini menyebar hingga ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia.

Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole yang berasal dari India dimasukkan ke pulau Sumba. Dan sejak saat itu pulau Sumba dijadikan sebagai tempat pembiakan sapi Ongole murni.

Pada tahun 1957 sudah dilakukan perbaikan kualitas genetik dari sapi Madura. Perbaikan kualitas ini dengan cara menyilangkannya dengan sapi Red Deen.

Persilangan lain yang dilakukan yaitu antara sapi lokal dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati. Hal ini dilakukan supaya diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia.

Sentra Peternakan Sapi Perah

Sentra budidaya sapi perah di dunia ada di negara

  • Skotlandia,
  • Inggris,
  • Denmark,
  • Perancis,
  • Switzerland,
  • Belanda,
  • Italia,
  • Amerika,
  • Australia,
  • Afrika,
  • India, dan
  • Pakistan.

Misalnya Sapi Friesian Holstein. Sapi jenis ini terkenal dengan produksi susunya yang tinggi (± 6350 kg/th), dan dengan persentase lemak susu sekitar 3 – 7 persen.

Namun demikian sapi-sapi perah dari negara di atas ada yang mampu berproduksi sampai mencapai 25 ribu kg susu/tahun, jika :

  • digunakan bibit unggul,
  • diberi pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak,
  • lingkungan yang mendukung, dan
  • menerapkan budidaya dengan manajemen yang baik.

Sekarang produksi susu di dunia sudah mencapai 385 juta m2/ton per tahun, khususnya pada zone yang beriklim sedang.

Produksi susu sapi di PSPB masih kurang dari 10 liter/hari yaitu rata-ratanya hanya 5 – 8 liter/hari. Dan ini masih jauh dari standar normalnya yaitu 12 liter/hari.

Jenis Sapi Perah

Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi atau Bos di dunia ada dua kelompok, yakni :

  1. Kelompok pertama berasal dari sapi Zebu atau Bos indicus. Jenis kelompok sapi ini adalah sapi berpunuk yang berasal dan juga tersebar di daerah tropis.
  2. Kelompok yang berasal dari Bos primigenius. Jenis sapi ini tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus.

Sedangkan jenis sapi yang unggul dan paling banyak dipelihara untuk ternak atau budidaya sapi perah adalah sapi :

  • Shorhorn (berasal dari Inggris),
  • Friesian Holstein (berasal dari Belanda),
  • Yersey (berasal dari selat Channel antara Inggris dan Perancis),
  • Brown Swiss (berasal dari Switzerland),
  • Red Danish (berasal dari Denmark), dan
  • Droughtmaster (berasal dari Australia).

Hasil survei menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia yaitu Frisien Holstein. Ini hasil survei di PSPB Cibinong.

Manfaat Sapi Perah

Budidaya sapi perah menghasilkan daging yang menjadi sebagai sumber protein, dan susu, serta kulit yang dipakai untuk industri. Selain itu juga menghasilkan pupuk kandang sebagai salah satu sumber organik lahan pertanian.

Persyaratan Lokasi Ternak Sapi Ternak

Untuk membangun kandang budidaya sapi perah pastikan lokasinya ideal. Yakni daerah yang terletak cukup jauh dari permukiman penduduk tetapi gampang dicapai oleh kendaraan. Kandang sapi mesti terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter.

Sinar matahari juga mesti bisa menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatan kandang bisa dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.

Pedoman Teknis Ternak Sapi Perah

Berikut beberapa panduan budidaya sapi perah :

a. Penyiapan Sarana dan Peralatan Ternak Sapi Perah

Kandang untuk budidaya sapi perah dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang bertipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada 1 baris atau 1 jajaran.

Sementara pada kandang tipe ganda penempatan sapi dilakukan pada 2 jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut umumnya dibuat jalur untuk jalan.

Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan atau kereman umumnya bertipe tunggal jika kapasitas ternak yang dipelihara cuma sedikit.

Tapi, jika aktivitas penggemukan sapi ini bertujuan untuk komersial, maka ukuran kandang mesti lebih luas dan besar. Sehingga bisa menampung jumlah sapi yang lebih banyak.

Lantai kandang mesti diusahakan tetap bersih untuk mencegah timbulnya berbagai macam penyakit. Lantai kandang untuk budidaya sapi perah terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi.

Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang hal ini dilakukan agar lantai kandang hangat. Seluruh bagian kandang dan peralatan yang sudah dipakai mesti disuci hamakan lebih dulu dengan desinfektan.

Seperti dengan :

  • creolin,
  • lysol, dan
  • bahan-bahan lainnya.

Ukuran kandang yang dibuat bervariasi tergantung sapi yang akan menempati. Berikut beberapa beberapa ukuran kandan dengan tinggi atas ± 2 m – 2,5 m dari tanah :

  • seekor sapi jantan dewasa yaitu 1,5 m x 2 m atau 2,5 m x 2 m;
  • seekor sapi betina dewasa yaitu 1,8 m x 2 m; dan
  • seekor anak sapi yaitu cukup 1,5 m x 1 m per ekor.

Temperatur di sekitar kandang sapi berkisar 25 sampai 40 oC atau rata-ratanya 33 oC dengan kelembaban 75 persen. Lokasi pemeliharaan sapi perah bisa dilakukan di dataran rendah (100 m – 500 m) sampai dataran tinggi (> 500 m).

b. Pembibitan Sapi Perah

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa untuk budidaya sapi perah adalah :

  • Produksi susunya tinggi;
  • Umurnya sekitar 3,5 – 4,5 tahun dan sudah pernah memiliki anak;
  • Berasal dari induk dan pejantan yang punya keturunan dengan produksi susu tinggi;
  • Bentuk tubuhnya seperti baji;
  • Matanya bercahaya;
  • Punggung lurus;
  • Bentuk kepala baik;
  • Jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar dan kakinya kuat;
  • Ambing cukup besar,
  • Pertautan pada tubuh cukup baik,
  • Jika diraba lunak,
  • Kulit halus,
  • Vena susu banyak panjang dan berkelok-kelok,
  • Puting susu tak lebih dari 4 dan terletak dalam segi empat yang simetris serta tak terlalu pendek;
  • Tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular; serta
  • Tiap tahun beranak.

Sementara calon induk yang baik untuk budidaya sapi perah antara lain:

  • Berasal dari induk sapi yang menghasilkan air susu tinggi;
  • Kepala dan leher sedikit panjang;
  • Pundak tajam;
  • Badan cukup panjang;
  • Punggung dan pinggul rata;
  • Dada dalam dan pinggul lebar;
  • Jarak antara kedua kaki belakang dan kaki depan cukup lebar;
  • Pertumbuhan ambing dan puting baik;
  • Jumlah puting tak lebih dari 4 dan letaknya simetris; serta
  • Sehat dan tidak cacat.

Pejantan yang baik untuk budidaya sapi perah harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

  • Usia sekitar 4 – 5 tahun;
  • Mempunyai kesuburan tinggi;
  • Daya menurunkan sifat produksi yang tinggi pada anak-anaknya;
  • Berasal dari induk dan pejantan yang baik;
  • Besar badannya sesuai dengan usia dan kuat;
  • Memiliki sifat-sifat pejantan yang baik;
  • Kepala lebar;
  • Leher besar;
  • Pinggang lebar;
  • Punggung kuat;
  • Muka sedikit panjang;
  • Pundak sedikit tajam dan lebar;
  • Paha rata dan cukup terpisah,
  • Dada lebar dengan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar;
  • Badan panjang, dada dalam, lingkar (dada dan perut) besar;
  • Sehat dan bebas dari penyakit menular; serta
  • Tak menurunkan cacat pada keturunannya.

1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk

Untuk mengejar produktivitas ternak sapi yang tinggi, dibutukan perbaikan lingkungan hidup dan peningkatan kualitas genetik ternak yang bersangkutan. Bibit yang baru datang mesti dikarantina untuk pencegahan penularan penyakit.

Lalu bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur. Kemudian bibit ditempatkan dalam kandang yang bersih, lalu ditimbang dan dicatat penampilannya.

2. Perawatan Bibit dan Calon Induk

Seluruh sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum hamil setelah satu periode tertentu, mesti disisihkan.

Kalau sapi yang disisihkan sudah menghasilkan susu, maka sapi tersebut diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya. Karena adanya kecenderungan terkena radang ambing dan temperamennya.

3. Sistim Pemuliabiakan

Seringkali sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir resiko kesulitan lahir.

Dan baru sesudah menghasilkan anak 1 lalu dikawinkan dengan pejantan sapi perah pilihan. Bibit mesti diberi kesempatan buat bergerak aktif paling tidak dua jam tiap hari.

c. Pemeliharaan Sapi Perah

Berikut panduan pemeliharaan saat budidaya sapi perah :

1. Sanitasi dan Tindakan Preventif

Pada budidaya sapi perah, pemeliharaannya harus secara intensif yaitu sapi-sapi harus dikandangkan sehingga peternak gampang mengawasinya.

Bila pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya susah dilakukan sebab sapi-sapi yang diternak dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang diternak dalam naungan (ruangan) mempunya konsepsi produksi yang lebih tinggi (19 persen).

Selain itu produksi susunya 11 persen lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit sapi yang sakit harus segera diobati dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1 sampai 2 bulan.

2. Perawatan Ternak

Pada budidaya sapi perah, ternak dimandikan 2 hari sekali. Semua sapi indukan dimandikan tiap hari sesudah kandangnya dibersihkan dan sebelum dilakukan pemerahan susu. Kandang mesti dibersihkan tiap hari.

Kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga bisa diolah jadi pupuk. Sesudah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam.

Tilam ini sebagai alas lantai yang biasanya dibuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut mesti dibongkar).

Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet (sapi anakan) ditimbang sekali seminggu sedangkan untuk sapi dewasa ditimbang tiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali.

Sapi dewasa bisa ditimbang dengan cara pengukuran berdasarkan taksiran berikut :

  • lingkar dada,
  • lebar dada,
  • panjang badan, dan
  • tinggi pundak.

3. Pemberian Pakan

Pemberian pakan pada budidaya sapi perah dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

  • sistem penggembalaan (pasture fattening),
  • kereman (dry lot fattening),
  • kombinasi cara pertama dan kedua.

Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan ini berupa :

  • jerami padi,
  • pucuk daun tebu,
  • lamtoro,
  • alfalfa,
  • rumput gajah,
  • rumput benggala atau rumput raja.

Hijauan diberikan siang hari sesudah pemerahan sebanyak 30 hingga 50 kg/ekor per hari. Pakan berupa rumput untuk sapi dewasa biasanya diberikan sebanyak 10 persen dari bobot badan (BB). Dan pakan tambahan sebanyak 1% sampai 2% dari BB.

Sapi yang sedang menyusui atau laktasi membutuhkan makanan tambahan yaitu sebesar 25 persen hijauan dan konsentrat di dalam ransumnya. Untuk hijauan berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).

Sumber karbohidrat berupa :

  • dedak halus atau bekatul;
  • ampas tahu;
  • gaplek;
  • bungkil kelapa;
  • mineral sebagai penguat yaitu berupa garam dapur, kapur, dll.

Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1 sampai 2 kg/ekor per hari. Di samping makanan, sapi mesti dikasih air minum sebanyak 10 persen dari berat badannya per hari.

Pemeliharaan utama pada budidaya sapi perah ialah

  • pemberian pakan yang cukup dan berkualitas,
  • menjaga kebersihan kandang, dan
  • menjaga kesehatan ternak yang dipelihara.

Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan. Di awal musim kemarau, tiap hari sapi digembalakan. Di musim penghujan sapi harus dikandangkan dan pakan diberikan sesuai jatahnya.

Kegiatan penggembalaan bertujuan pula untuk memberikan kesempatan bergerak pada sapi buat memperkuat kakinya.

4. Pemeliharaan Kandang

Kotoran sapi ditimbun di tempat lain supaya mengalami proses fermentasi kira-kira 1 hingga 2 minggu sampai berubah jadi pupuk kandang yang telah matang dan baik.

Kandang pada budidaya sapi perah tak boleh tertutup rapat namun agak terbuka supaya sirkulasi udara di dalam kandang berjalan lancar.

Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibikin di luar kandang namun masih tetap di bawah atap.

Tempat pakan sapi dibikin agak lebih tinggi supaya pakan yang diberikan tersebut tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran.

Sementara tempat air minum sebaiknya dibikin permanen berupa bak semen serta sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan juga peralatan buat memandikan sapi.

d. Panen Ternak Sapi Perah

Hasil utama dari budidaya sapi perah yaitu susu yang dihasilkan oleh induk sapi betina. Selain produk susu, sapi perah juga memberikan hasil tambahan lain yaitu

  • daging dan kulit yang berasal dari sapi perah yang sudah tidak produktif lagi;
  • pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran ternak sapi perah.

Penyakit dan Pencegahannya

Berikut beberapa penyakit dan pencegahaannya saat budidaya sapi perah

Penyakit pada Sapi Perah

Berikut beberapa penyakit saat budidaya sapi perah

1) Penyakit antraks

Penyebab penyakit ini yaitu Bacillus anthracis yang menular lewat kontak langsung, makanan / minuman dan/atau pernafasan.

Gejala penyakit antraks:

  • demam tinggi, badan lemah dan gemetar;
  • gangguan pada pernafasan;
  • pembengkakan pada kelenjar dada, leher, serta alat kelamin;
  • badan penuh dengan bisul (tuberkel);
  • kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar lewat hidung, telinga, mulut, anus dan juga vagina;
  • kotoran cair dan sering bercampur darah;
  • limpa bengkak dan berwarna kehitaman.

Pengendalian penyakit antraks:

  • vaksinasi,
  • pengobatan antibiotika,
  • mengisolasi sapi yang terinfeksi, serta
  • mengubur / membakar sapi yang mati.

2) Penyakit mulut dan kuku (PMK)

Penyebab penyakit PMK pada sapi perah yaitu virus Apthae epizootica (AE) yang menular melalui kontak langsung. Yaitu melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.

Karena penyakit PMK disebabkan kuman / virus AE maka penyakit ini juga disebut dengan penyakit Apthae epizootica (AE).

Gejala penyakit PMK:

  • rongga mulut, lidah, serta telapak kaki atau tracak melepuh;
  • ada tonjolan bulat berisi cairan yang bening;
  • demam atau panas;
  • suhu badan menurun drastis;
  • nafsu makan menurun bahkan tak mau makan sama sekali;
  • air liur keluar secara berlebihan.

Pengendalian penyakit PMK:

  • dengan vaksinasi;
  • sapi yang sakit diasingkan lalu diobati secara terpisah.

3) Penyakit ngorok / mendekur

Penyebab penyakit ini yaitu bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri. Penyakit ini juga disebut dengan penyakit Septichaema epizootica (SE).

Gejala penyakit ngorok:

  • Kulit kepala serta selaput lendir berwarna merah dan kebiru-biruan;
  • Membengkaknya leher, anus, lidah, dan juga vulva;
  • Paru-parunya meradang;
  • Selaput lendir dan usus serta perut masam dan juga berwarna merah tua;
  • Demam;
  • Sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan yang sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12 sampai 36 jam.

Pengendalian penyakit ngorok:

  • divaksinasi dengan anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.

4) Penyakit radang kuku (foot rot)

Penyakit ini menyerang sapi yang diternak dalam kandang yang kondisinya basah dan kotor. Penyakit radang kuku juga disebut kuku busuk.

Gejala radang kuku:

  • mula-mula sekitar celah kuku bengkak serta mengeluarkan cairan putih keruh;
  • kulit kuku mengelupas;
  • tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit;
  • sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.

Pencegahan Serangan

Upaya pencegahan dan pengobatannya pada budidaya sapi perah dilakukan dengan memotong kuku. Rendam bagian tubuh sapi yang sakit dalam larutan refanol.

Perendaman dilakukan hingga 30 menit dan diulangi seminggu sekali. Lalu tempatkan sapi dalam kandang yang bersih dan kering.

Analisis Budidaya Sapi Perah

Berikut ini analisis bisnis budidaya sapi perah yang perlu Anda tahu :

Analisis Ekonomi Usaha Ternak Sapi Perah

Di Indonesia, bisnis budidaya sapi perah masih bersifat subsisten oleh peternak kecil. Serta belum mencapai bisnis yang berorientasi pada ekonomi.

Rendahnya tingkat produktivitas ternak atau budidaya tersebut lebih dikarenakan oleh kurangnya modal. Serta rendahnya pengetahuan / ketrampilan petani yang mencakup :

  • aspek reproduksi,
  • pemberian pakan,
  • pengelolaan hasil pascapanen,
  • penerapan sistem recording,
  • pemerahan,
  • sanitasi, dan
  • pencegahan penyakit.

Di samping itu pengetahuan para peternak tentang aspek tata niaga mesti ditingkatkan. Sehingga keuntungan yang didapat sebanding dengan pemeliharaannya.

Produksi susu sapi di dunia saat ini sudah melebihi 385 juta m2/ton per tahun dengan tingkat penjualan sapi. Dan produknya lebih besar daripada pedet, pejantan, dan sapi afkiran.

Tingkat penjualan dan pembelian sapi serta produknya secara tunai di USA mencapai 13 persen dari seluruh peternakan yang ada di dunia.

Sementara itu, tingkat penjualan dari anak sapi (pedet), pejantan sapi perah, dan sapi afkir cuma berkisar 3 persen saja. Produksi susu sejumlah itu masih harus ditingkatkan. Hal ini seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di dunia ini.

Untuk meningkatkan produksi yang lebih tinggi maka pengelolaan dan pemberian pakan mesti benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak. Dimana minimum pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan sekitar 3,5 – 4% dari bahan kering.

Gambaran Peluang Agribisnis

Bisnis budidaya sapi perah keluarga akan memberikan profit bila jumlah sapi yang dipelihara minimal sebanyak enam ekor.

Tingkat efisiensinya ini bisa dicapai dengan minimal pengusahaannya sebanyak dua ekor sapi. Dengan rata-rata produksi susu sebanyak 15 liter per hari.

Upaya untuk meningkatkan income petani lewat pembudidayaan sapi perah tersebut bisa juga dilakukan dengan melakukan diversifikasi bisnis.

Di samping itu para petani melakukan upaya kooperatif dan integratif (horizontal dan vertikal) dengan petani lainnya. Dan instansi-instansi lain yang berkompeten, serta tetap memantapkan pola PIR di atas.

Demikian info berkaitan dengan budidaya sapi perah dan panduan lengkapnya, semoga postingan kali ini berguna untuk Anda. Tolong postingan mengenai ternak sapi perah ini dibagikan supaya semakin banyak yang mendapatkan manfaat.

Referensi: Pengusaha Agribisnis Sukses

Add Comment

Click here to post a comment

Topics

Arsip

Kategori




Seedbacklink